Minggu, 19 Juni 2016

Siapa Penantang Ahok

Pemilukada merupakan ajang kompetisi dalam memilih kepala daerah dan wakil kepala daerah  secara langsung oleh penduduk setempat yang memenuhi syarat berdasarkan undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Pilkada DKI Jakarta menjadi wacana yang sangat besar dalam melaksanakan kompetisi pemilukada, Jakarta sebagai center Indonesia dengan penduduk yang plural dan rasionalitas tinggi membuat sebagian tokoh tertarik menjadi calon kepala daerah DKI Jakarta. Basuki Tjahja Purnama (ahok) Gubernur Jakarta, sekaligus kandidat calon kepala daerah DKI Jakarta selalu optimis dalam pemilukada ini. Ahok mengatakan bahwa Jakarta sangat tinggi minat para tokoh-tokoh, politisi, pengusaha dll, untuk menuju DKI 1. Mungkin kita masih ingat tahun 2012 para tokoh-tokoh yang berasal dari daerah lain, ikut ambil bagian dalam kompetisi di DKI Jakarta seperti Jokowidodo walikota solo, Fauzi wibowo gubernur DKI Jakarta pada saat itu, Hidayat Nur Wahid wakil ketua MPR RI, Faisal Basri seorang ekonom nasional, dan Alex Noerdin gubernur Sumatera selatan.
Keadaan seperti ini menjadikan Jakarta “bak manuver kompetisi” yang diperebutkan sebagian para tokoh agar Jakarta Baru, kota modern yang tertata rapi, manusiawi, dengan kepemimpinan dan pemerintah yang bersih serta melayani yang merupakan visi-misi Jokowi Ahok saat bertarung di tahun 2012. Ahok melakukan trobosan-trobosan dalam penataan pembangunan Jakarta sesuai dengan visi-misinya. Penataan kalijodo, pembersihan gorong-gorong dan pembenahan pasar-pasar di Jakarta merupakan taktik politik ahok dalam kompetisi pemilukada DKI Jakarta yang membuat ahok semakin kuat untuk memenangkan kompetisi tersebut.

Penantang
            Bursa Calon Kepala Daerah DKI sudah banyak muncul di televisi, media massa, facebook, twitter dll. Hal ini yang dilihat Ahok bahwa para penantang-penantang sudah menampakkan diri, walaupun kompetisi pemilukada DKI masih lama lagi 2017. Tetapi Basuki Tjahja Purnama (Ahok ) bersikap elegan kepada para Calon DKI 1, karena sebagian survei melihat elektabilitas Ahok sangat tinggi dibandingkan dengan calon lainnya. Kita ketahui beberapa para penantang Ahok sudah menyiapkan amunisi-amunisi di manuver medan pertempuran, ada Adhyaksa Dault Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Abraham Lunggana (Haji Lulung) Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Ahmad Dhani Musisi, Ror Suryo Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga, Sandiago Hugo pengusaha, Muhammad Idrus, Yusril Ihza Mahendra dan lainnya. Walaupun masih banyak yang belum memunculkan diri, tetapi Ahok katakaan di kantor Gubernur Balai Kota “penantang yang kuat dengan saya pak yusril”, menurut Ahok, yusril yang merupakan pakar Hukum Tata Negara memiliki reportasi politik yang kuat dan Ahok perlu amunisi-amunisi yang harus lebih dari pak yusril.
            Menurut Pakar Komunikasi Politik, Prof Tjipta Lesmana Ahok harus berhati-hati dengan para penantangnya tertutama Yusril Ihza Mahendra yang mempunyai suatu trobosan-trobosan politik. Yusril adalah Pakar hukum Tata Negara yang mengerti masalah hukum, yusril sudah banyak menyelesaikan kasus-kasus di pengadilan “yang tidak mungkin menjadi mungkin, yang mungkin menjadi tidak mungkin”. Jadi pertarungan Yusril dengan Ahok sangat kuat dan Ahok harus hati-hati, namun Ahok juga harus memiliki taktik-taktik politik, karena setiap pemilukada sekte-sekte muncul dalam pemilihan baik itu ras,budaya, agama dll, sedangkan Ahok unsur yang minoritas di DKI Jakarta.


Pengusung
            Basuki Tjahja Purnama (Ahok) menyatakan bahwa dirinya akan maju pemilukada DKI tanpa partai politik dan akan indepeden. Walaupun sebelumnya partai Nasdem sudah mengajak Ahok bersilaturahmi dalam merangka mengusung Ahok untuk menuju DKI 1, tetapi kenyataannya Ahok menolak. Bukan Nasdem saja, Ahok juga membangun komunikasi dengan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekaro Puteri, namun ssyangnya Ahok memberikan harapan palsu terhadap silturahmi tersebut. Menurut Andreas Pareira Politisi PDI-P “Ahok tidak berterima kasih dengan PDI-P yang telah mendukung ketika berpasangan dengan Jokowidodo pada Pilgub DKI Jakarta 2012”. PDI-P telah membangun komunikasi yang baik dengan Ahok sampai sekarang, namun Ahok memutuskan komunikasi terhadap PDI-P. Megawati sebagai Ketua Umum sangat kecewa dengan sikap politik Ahok “ Habis Manis Sepah Dibuang”. PDI-P tetap maju tanpa Ahok, sekarang ini PDI-P suadah memiliki nama yang akan mereka usung pada pemilukada DKI. PDI-P memiliki kader yang banyak dan mempunyai elektabilitas dan popularitas selain Ahok, namun PDI-P belum mengumukan siapa yang menjadi Calon Gubernur dari PDI-P.
            Sikap Ahok mengambil jalur indepeden untuk tidak terintervensi dengan hal-hal yang lainnya banyak dipuji oleh para politisi. Pandangan masyarakat kepada para gubernur yang diusung oleh parati politik sering terjerat kasus politik akibat bagi hasil yang telah dijanjikan ketika mengusung pasangan calon yang menang. MenurutAnton Medan, Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) “Ahok mengambil sikap indepeden dalam pemilukada DKI Jakarta untuk tidak bagi-bagi kekuasaan dengan partai politik”. Kinerja Ahok saat ini dalam membangun infrastruktur Jakarta baik, tidak intervensi dari pihak lain. Anton bilang bahwa Jakarta harus dipimpin oleh pemimpin tangguh “jangan lihat siapa yang berbicara, tetapi lihat apa yang dia bicarakan”. Keyakinan Ahok maju dari independen terkhusus karena para relawan sahabat ahok, teman ahok. Para relawan mengumpulkan satu juta e-ktp DKI Jakarta untuk mendukung Ahok, sikap ini yang membuat Basuki Tjahja Purnama mengusung dirinya untuk berkompetisi dalam pemilukada DKI secara independensi. Dukungan terhadap Ahok muncul selain relawan ada juga Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang diketuai oleh Grace Natalie memberikan dukungannya terhadap Ahok. PSI ikut andil menyuarakan ahok dalam Pilkada DKI, ada hal yang membuat PSI mendukung Ahok, gaya kepemimpinan, sikap kharismatik terhadap masyarakat dan pro terhadap pembangunan Jakarta.  
                  
Peluang
            Salah satu bakal calon Gubenur DKI Jakarta Muhammad Sanusi, yang sangat mengapresiasi sikap Ahok untuk maju pemilukada secara independen, karena Pak Ahok menghargai kerja keras teman Ahok. Sistem Pemerintahan Daerah itu ada legislatif dan eksekutif. Azas demokrasi kendaraan idealnya partai politik meski independen memungkinkan, namun peluang independen di Jakarta sangat kecil. Pengamat Politik Universitas Paramadina, Hendri Satrio mengatakan keputusan Ahok maju melalui independen hanya  strategi politik menjelang pilgub DKI 2017. Hendri menjelaskan, secara kasat mata memang terlihat seperti deparpolisasi.

 Namun bila dilihat dari kacamata politik, ini merupakan strategi Ahok untuk menarik ulur minat partai politik menggandeng dirinya. Semakin dekat deadline pemilu DKI, semakin tinggi daya tawar Ahok terhadap partai politik, maka popularitas Ahok semakin tinggi dan akhirnya Ahok bisa mengatur partai politik. Ahok memiliki strategi politik untuk menangkap sinyal-sinyal yang diberikan oleh partai lain. Ditambah lagi isu yang di buat oleh Nasdem yang mendukung Ahok tanpa ada intervensi dan syarat yang mutlak. Bila ini terjadi dalam strategi politik Ahok maka para bakal calon pemilukada DKI lainnya tidak ada tandingannya dengan Ahok.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar